Jalan Layang Krian, Ikon Baru Krian


Pernahkah Anda melewati Jalan Layang Krian? Anda mungkin selalu melewati Jalan Layang Krian setiap hari. Kemana Anda akan pergi saat Anda melewati Jalan Layang Krian? Pergi kerja? Pulang ke rumah?

Dulu, saat melewati perempatan—Jalan Raya Mohammad Yamin, Jalan Setiabudi, dan Jalan Kyai Mojo Krian—kita biasanya mengalami kemacetan. 

Kemacetan itu disebabkan oleh beberapa sebab. Pertama, karena ada perlintasan kereta di sana. Palang pintu perlintasan kereta api pasti ditutup saat kereta akan melintas. Saat itu, kendaraan dari arah timur (Jalan Kyai Mojo), dari arah barat (Jalan Raya Mohammad Yamin), dari arah utara (Jalan Setiabudi) berhenti dan berkumpul di perempatan. Kendaraan yang berhenti dan berkumpul di perempatan akan terus bertambah selama palang pintu kereta masih ditutup. Setelah kereta melintas, pengendara dari 3 arah biasanya berebut jalan, butuh waktu beberapa menit untuk melewati perempatan itu.

Kedua, karena ada banyak kendaraan yang melewati perempatan itu bersama-sama. Terutama kendaraan dari arah timur (Wonoayu) dan arah barat (Krian). Perempatan itu adalah jalan utama dari Wonoayu ke Krian. Saya biasanya mengalami kemacetan di perempatan itu, kecuali ketika saya melewati perempatan itu saat malam.

Sejak Jalan Layang Krian berdiri, kita tidak mengalami kemacetan di perempatan itu lagi, karena perempatan itu sudah ditutup, kini perempatan itu menjadi pertigaan. Kendaraan dari arah timur (Wonoayu) langsung melewati Jalan Layang Krian ke arah barat (Krian). Tidak ada kendaraan berdesakan di perempatan itu lagi. 

Lancar...



Papan petunjuk arah, arah Wonoayu lewat atas jalan layang, arah Prambon dan Mojokerto lewat bawah jalan layang.



Foto diambil dari bawah jalan layang Krian. Ada pertigaan di depan, belok kiri untuk menuju Pasar Krian, belok kanan untuk menuju Prambon dan Mojokerto.